Belakangan ini saya ingin sekali menulis buku. Terutama setelah mendengar pengakuan teman saya tentang kisah cintanya, yang meskipun mungkin banyak orang yang mengalami hal yang serupa dengan teman saya itu, tetap saja saya merasa terharu. Kisahnya memilukan, paling tidak itu menurut saya. Saya pernah berkata ingin menuliskan ceritanya menjadi sebuah buku. Dia bilang oke, tapi mungkin dia mengira saya bercanda. Saya serius, hanya saja, dalam rangkaian ceritanya ada beberapa tahun yang tidak saya ketahui tentang dia. Saya sempat beberapa tahun tidak pernah bertemu, namun hubungan kami masih baik. Kami masih akrab satu sama lain. Menyenangkan. Ya, dia teman yang menyenangkan.
Anyway, jangan bermain api jika tidak mau terbakar. Lukanya akan lama sembuh jika anda terbakar parah. Kenapa saya berkata seperti itu? Beberapa waktu yang lalu ada teman saya curhat. Dia sedang galau dengan perasaannya. Katanya ada yang salah dengan hatinya atau pikirannya? Dia mengaku sedang mendapat ujian perasaan. Karena sesuatu hal, dia bertemu dengan orang yang salah, sebut saja A, di waktu yang salah pula. Sebenarnya dia sudah tau si A namun belum mengenalnya karena berbeda divisi. Saat dia cerita, si A mutasi ke divisi teman saya itu. Karena keperluan tugas, mereka menjadi 1 Tim untuk mengerjakan suatu proyek. Bahkan teman saya tak ingat kapan tepatnya mereka mulai dekat, atau entah kapan A mulai tampak menarik di matanya. Teman saya pun mulai mengabaikan kenyataan bahwa sebenarnya kemampuan kerja si A agak di bawahnya. Hal itu tidak dijadikan masalah oleh teman saya. Saat final project, merekapun semakin dekat. Hampir seharian mereka berdua bersama-sama mengerjakan tugas itu. Teman saya merasa nyaman dengan keadaan itu. Walaupun di dalam hatinya dia merasa bersalah. Tidak seharusnya dia menaruh perhatian pada si A, karena A telah memiliki orang lain. Teman saya berharap ini semua segera berakhir. Tidak ada perasaan yang aneh-aneh lagi. Namun, kapankah itu akan terjadi? Saat ini, si A sedang ditugaskan ke luar kota untuk mengikuti seminar selama 3 hari. Dan hari itu, teman saya bilang ada yang salah dengan harinya. Dia merasa harinya tidak berjalan sebagaimana mestinya, padahal menurut saya dia baik-baik saja. Paling tidak, dia TERLIHAT baik-baik saja. Saya menyuruhnya mengalihkan perhatiannya pada hal lain, bahwa dia harus disibukkan dengan hal lain supaya tidak ada waktu untuk memikirkan A. Dia berkali-kali bertanya kepada saya tentang apa yang harus dia lakukan untuk mengubur perasaannya terhadap A. Apa yang harus dia tanamkan dalam pikiran dan hatinya bahwa dia tidak mungkin membiarkan perasaannya semakin dekat ke A. Well, saya hanya bisa berkata, "Sebisa mungkin untuk saat ini hindari dia tetapi jangan mencolok. Bila tidak ada urusan pekerjaan, jangan mendekatinya. Dan saat kamu merasa sedih karena tidak berbicara dengan A selama 1 hari, ingatlah bahwa seandainya kamu berada di posisi pasangan A, kamu tidak ingin hal itu terjadi pada dirimu dan pasanganmu, bukan?"
Memang menyenangkan saat kita mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang lain..hanya saja..begini, kasih sayang itu indah, dan akan lebih indah bila pada orang yang tepat dan waktu yang tepat pula.
No comments:
Post a Comment