Dulu, dan bahkan sampai beberapa waktu yang lalu, aku seringkali menertawakan kekonyolan teman kosku saat di gebang wetan surabaya. Ada saat2 dimana dia turun dari lantai atas ke lantai bawah, membawa bantal kesayangannya, bersiap menonton tv. Dengan wajah ceria, dia mengatakan kepada kami bahwa itu adalah jadwal dia untuk menangis, karena dia mau menonton film india di tv yang ditayangkan seminggu sekali. Aku selalu tertawa geli jika mengingatnya.
Tapi sekarang, aku bahkan belum punya waktu untuk release seluruh sesak di dada. Aku butuh waktu untuk menangis. Aku perlu menangis untuk mengusir sesak, merasakan tak enak yang mendera sepanjang waktu akhir-akhir ini. Dan kini aku mengakui bahwa, aku juga perlu jadwal menangis.